Venue: Bakso Bakar Keraton

Yogyakarta terkenal dengan gudeg maupun angkringannya. Tak hanya itu, berbagai macam makanan disajikan di daerah ini salah satunya bakso. Bakso merupakan makanan rakyat yang sangat digemari. Semua pasti pernah mencoba mencicipi bakso. Nah, di Yogyakarta banyak variasi bakso, dari bakso yang berukuran jumbo sampai bakso berukuran mini.

Di daerah jalan Palagan Tentara, ke arah utara, setelah pom bensin, ada tempat makan bakso yang patut dicoba. Namanya adalah “Bakso Bakar Keraton”. Dari namanya saja sudah pasti bakso yang disajikan bertekstur bakar-bakaran. 😀

Menu makan yang ada di “Bakso Bakar Keraton” ini adalah bakso bakar, bakso biasa, mie ayam, dan mie ayam bakso. Untuk bakso bakar, tempat makan ini memberikan 3 tusuk bakso bakar, lontong, dan kuah bakso. Untuk menu minumannya standar seperti teh, jeruk, dan berbagai macam jus.

Saya beserta dua teman saya berkunjung ke tempat makan ini. Kami bertiga memilih mie ayam bakso bakar, dua jeruk hangat, dan satu es teh. Jeruk yang kami pesan rasanya jeruk perasan asli karena pada saat kami memesan, bapak pembuat minuman membawa beberapa buah jeruk untuk di peras. Nikmat sekali sebagai pendamping mie ayam bakso bakar saya.

Setelah menunggu kurang lebih lima belas menit, datanglah mie ayam bakso bakar kami. Saya biasanya makan mie ayam tidak menggunakan kecap maupun saos. Namun mie ayam bakso bakar ini memberikan rasa sedikit hambar yang ‘disengaja’. Jadi, untuk menikmatinya perlu ditambahkan kecap atau saos atau bisa menambahkan garam sesuai selera. Setelah menambahkan kecap dan saos, mie ayam bakso bakar ini menjadi lebih nikmat ditambah lagi tekstur mie yang kenyal dan lembut. Mantap! 😀

Walaupun menu yang disajikan sudah banyak yang menjualnya namun citarasa di “Bakso Bakar Keraton” menurut saya berbeda dengan yang lainnya. Patut dicoba.

Bersih tanpa Celah 😛

HAPPY EATING!

Project 5: Danbo!

Episode rakit-rakitan kali ini adalah membuat Danbo! Yeay! Sebenarnya saya sudah lama sekali melihat Danbo ini, sayangnya sebelumnya saya tidak tau namanya. (-___-“) Akhirnya pada bulan-bulan lalu terkuaklah bahwa namanya Danbo. Saya suka dengan Danbo karena emoticonnya yang seperti sedih dan muka ingin dikasihani. Huehehehe..

Pada saat saya searching di internet, harga yang dijual untuk merakit Danbo ini berkisar dari 50k-150k. Tergantung jenis kertas dan tergantung dari siapa yang mencetak. Nah, karena saya gak mau ngeluarin banyak duit cuman demi kertas, maka saya searching apakah ada danbo papercraft yang bisa di unduh atau tidak. Syukurlah ada. Huehehe..

Awalnya saya mendapat danbo papercraft yang berbeda, bedanya adalah tangan dan kepalanya tidak bisa digerakkan, jadi hanya tertempel di bagian lainnya, hal bagusnya adalah warna dan polanya yang menarik. Setelah saya mengunduhnya, saya menuju ke percetakan dan hanya menghabiskan sekitar 9k. 😀

Pada saat selesai mengerjakannya dan mengetahui bahwa polanya berbeda dengan yang asli, maka saya mencari kembali yang benar-benar bisa digerakkan. Setelah dicari-cari akhirnya ketemu. Sayangnya, warnanya kurang menarik dan agak rumit untuk membentuk tangannya. Tapi tidak apa-apa, itu tantangannya. 😀

Alat yang diperlukan untuk merakitnya hanya alas yang cukup tebal, gunting/cutter, penggaris, dan lem. Setelah menggunting yang cukup lama, dilanjutkan dengan merakit pola-pola yang sudah tersedia. Sekitar satu jam, Danbo sudah siap dipajang. 😀

Ini beberapa foto-foto bersama boeboe (my lucky bamboo), Danbo yang gede dan Danbo yang kecil.

Danbo ini sebenarnya bisa DIY (Do It Yourself) kok, lewat photoshop atau corel, dan bisa berbentuk polos atau berganti warna maupun ganti-ganti tulisannya. 😀

Selamat Mencoba!

Trip: Bangunan Tua di Sayidan

Disudut kota Yogyakarta, bila anda perhatikan secara seksama di daerah Sayidan, anda akan melihat bangunan yang terbilang cukup tua serta dibaluti tanaman rambat disudut-sudut bangunannya. Bangunan ini biasa disebut “Gereja Gothic Sayidan”. Padahal bangunan ini bukanlah gereja, melainkan rumah tinggal.

Saya bersama teman saya, ingin mengetahui letak rumah tersebut. Dengan menggunakan kendaraan bermotor, saya beranjak menuju ke arah Gondomanan (Jogjatronik), sebelum berpapasan dengan lampu merah (kanan menuju wijilan, lurus menuju Jogjatronik, kiri menuju Polsek Gondomanan) di sebelah kiri akan terlihat gang kecil, masuklah kesitu dan bangunan tersebut tepat disebelah Kursus Kepandaian Putri “Giat”. Bila bingung tanyakan saja kepada warga sekitar dimana Jl. Limaran berada.

Awalnya saya dan teman saya juga berasumsi bahwa bangunan ini adalah Gereja. Namun, menurut situs dekmaniezt.multiply.com, dulunya bangunan ini dibuat hanya untuk rumah pribadi dan bukan gereja. Jika kita perhatikan lebih lanjut, terdapat bukti fisik berupa patung yesus raksasa yang sedikit kusam, lonceng, altar, dan menara. Bangunan ini kepunyaan keluarga kerabat keraton. Salah duanya, KRT Thomas Haryonagoro, KRT Daud Wiryo Hadinagoro. Sosok KRT Thomas Haryonagoro sendiri merupakan seseorang yang sangat dikenal untuk jaringan permuseuman dan bangunan-bangunan tua di Jogjakarta serta pemilik Museum Ullen Sentalu. Sekitar tahun 1990an, bangunan ini ditempati oleh kerabat dari Keluarga Haryonagoro (selanjutnya…)

Selain itu dari situs andikaawan.blogspot.com mengatakan hal yang berhubungan, bapak yang ditemuinya bercerita bahwa bangunan tersebut merupakan milik orang keturunan Tiong Hoa yang dibangun sekitar tahun 1987. Dahulu bangunan ini merupakan tempat tinggal yang sekaligus sebagai pabrik batik dan juga sebagai museum batik. Museum batik ini terletak di bagian bawah tanah dari bangunan gothic ini. Setelah si penghuni meninggal, maka koleksi batik yang ada di bangunan ini dipindahkan di Ulen Sentalu yang berada di daerah Kaliurang. Kabarnya sih pemilik Ulen Sentalu ada hubungannya dengan kepemilikan bangunan gothic ini. Hal ini juga terlihat dari gerbang pintu masuk berwarna merah yang berada di sebelah selatan bangunan yang ada ukiran bertuliskan Ulon Sentalu yang merupakan sebuah akronim “Ulating Blencong Sejatine Tataning Lumaku“, yang dalam Bahasa Indonesia kurang lebih arinya adalah Pelita Hidup bagi Perjalanan Manusia (selanjutnya..)

Banyak spekulasi mengenai bangunan tua ini, ada yang mengatakan bahwa tempat ini angker, ada yang mengatakan didalamnya banyak ruang-ruang, dan lain sebagainya. Namun sebelum berspekulasi lebih lanjut, lebih baik lihat sendiri, rasakan sendiri, dan jangan hanya memandanginya saja tetapi tanyakan juga kepada warga sekitar mengenai tempat ini. Saya sendiri sebenarnya belum sempat bertanya-tanya karena pada saat saya dan teman saya kesana tidak ada orang terdekat yang bisa kami tanyakan. Mungkin lain kali saya akan kesana kembali dan bertanya. Baiklah kalau begitu, Selamat Mencari! 😀

HAVE FUN!

Trip: Pura Jagatnata, Yogyakarta

Yogyakarta kota budaya. Yogyakarta kota dengan penuh keberagaman. Yup. Disini, di Yogyakarta kita dapat melihat berbagai macam suku bangsa, etnis, dan agama. Mereka hidup berdampingan dan saling menghormati.

Di sudut kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Pura, desa Plumbon, Banguntapan, Bantul kita akan disuguhi lingkungan yang berbeda. Bukan lagi hawa Yogyakarta yang kita kenal tetapi hawa Bali yang begitu kental. Kehidupan “Kampung Bali”.

Saya ingin mengajak teman-teman untuk melihat Pura Jagatnata yang ada di Banguntapan ini. Walaupun cukup kecil dibandingkan yang biasanya saya lihat di Bali, namun Pura ini bisa menampung banyak umat hindu yang ingin bersembahyang di sini.

Menurut situs Jogjatrip.com:

Pada tahun 1975 para pemeluk Hindu Dharma di kelurahan Banguntapan mulai merintis pembangunan Pura seperti Padmasana dan gedung persembahyangan. Pada Januari 1976 , PHDI kecamatan Banguntapan mengajukan permohonan ijin penggunaan tanah kas desa seluas 720m2 untuk pura. Tanggal 25 Mei 1976 Izin Hak Guna Pakai tanah kas desa untuk pura Ps 2 Klas V luas 760m2 dari kelurahan yang dilanjutkan dengan membangun Gedung Kori dan pagar kanan kiri. Selanjutnya Februari 1982-Juni 1982 membangun candi bentar dan tembok penyengker depan. Akhirnya, Pura Banguntapan ditingkatkan statusnya menjadi Pura Pusat/ Jagatnata. (selanjutnya..)

Pura Jagatnata, Banguntapan sebenarnya dibuka untuk umum, namun untuk bagian dalam pura dikhususkan untuk bersembahyang saja.

Selama hampir 4 tahun di Yogya, saya belum sempat ke daerah ini dan melihat Pura Jagatnata. Untung saja teman saya, Savitri yang sedang berkunjung ke Yogya ingin melihat Pura di Banguntapan ini. Semoga saja Pura ini tetap dijaga baik tidak hanya umat hindu tetapi warga Yogyakarta juga. Serta tetap menjunjung tinggi Tri Hita Karana. 😀

HAVE FUN!

Trip: Melihat Transit Venus di Matahari

5 Juni 2012

Sore hari yang cerah, kantin kampus yang cukup sepi, dan situasi yang kondusif, saya dan teman saya, mba qhachan sedang berbincang-bincang tentang berbagai hal. Tiba-tiba mba Qhachan teringat kalau besok hari ada peristiwa transitnya venus di matahari. Saya langsung meng-iya kan dengan semangat karena akan melihat fenomena 105 tahun sekali. Besok hari melihat fenomena ini bersama teman-teman dari Jogja Astro Club (JAC). Namun, mba Qha memberitahukan kalau ingin melihat lebih jelas kita perlu datang ke Solo. *jeng-jeng*

6 Juni 2012

Jam menunjukkan pukul 5 pagi. Saya bersiap-siap untuk bertemu dengan mba Qha di kampus pada jam 6 pagi. Setelah bertemu, kita bersama-sama berangkat menuju sekretariat JAC. Kami sama-sama tidak mengenal teman-teman dari JAC, jadi pada saat disana yang kami lakukan pertama adalah berkenalan. Huehehe..

Sekitar jam 6.30 seharusnya kami berangkat bersama-sama ke Solo, namun sampai sekitar jam 09.00 kami belum juga berangkat. Hmm.. Kami tidak hanya berdiam diri saja, teman-teman JAC mengeluarkan teleskop yang mereka miliki untuk melihat transit venus. Karena, transitnya sudah berlangsung dari jam 4 atau 5 pagi sampai pukul 11 atau 12 siang. Teleskop yang teman-teman JAC miliki merupakan buatan sendiri dari Bapak Mutoha (Ketua Himpunan Astronom Amatir JAC). Ketika saya mendapat kesempatan untuk melihatnya, saya hanya punya satu kata “Keren!” yaa karena saya baru pertama kali melihat hal ini dan juga baru pertama kali melihat melalui teleskop. Ahahah…

Saya dan mba Qha awalnya sudah agak bete karena tidak berangkat-berangkat. Maka kami memutuskan menunggu di burjo sambil membeli gorengan dan minuman. Pada saat baru minum seteguk, teman-teman JAC sudah bersiap untuk berangkat ke Solo. Alhasil, minuman yang belum habis dibungkus dan kami bersiap-siap untuk perjalanan panjang menuju Solo. Kami ke Solo menggunakan 5 motor dan 1 mobil. Dengan kecepatan rata-rata 80 km/h, kami sampai menuju Solo sekitar jam 10.45, tepatnya di Pondok Pesantren Assalam, Sukoharjo. Tempat ini terkenal di kalangan para pengamat astronomi karena di Assalam memiliki observatorium dan teleskop yang khusus untuk melihat matahari maupun bulan. Tempat ini biasa di sebut CASA (Club Astronomi Santri Assalam).

Ketika saya hendak menuju ke pintu masuk Assalam, ternyata kawasan tersebut wajib berjilbab. *jeng-jeng* Tidak ada pemberitahuan untuk membawa atau memakai jilbab untuk melihat transit venus ini. Setelah mba Qha berusaha meminjam di Assalam atau membelinya di koperasi setempat namun tidak cukup berhasil, jadinya kami menuju ke toko busana muslim terdekat untuk membeli jilbab. 😛 Dengan persiapan yang sudah matang, kami menuju ke atas gedung Assalam. Diatas cukup ramai oleh pecinta astronomi dan banyaknya teleskop yang disediakan membuat banyak kesempatan berlama-lama melihat transit venus tersebut. Teleskop yang dimiliki Assalam memang lebih fokus dan matahari menjadi berwarna lebih kemerahan. Selain bisa dilihat menggunakan indera penglihatan, kita juga bisa mengabadikannya menggunakan kamera yang lensanya dimasukkan dalam teleskop. Hasilnya sangat bagus dan momen transitnya venus dapat diabadikan selama apapun. Apabila tidak kebagian kesempatan berlama-lama melihat dengan menggunakan teleskop, kita dapat melihat matahari dengan menggunakan kacamata khusus yang berbentuk seperti kacamata 3D yang terbuat dari kertas dan mika khusus penangkal ultraviolet.

This slideshow requires JavaScript.

Kesempatan ini benar-benar sangat langka dan sangat worth it! Fenomena ini bukan semata-mata ada “andeng-andeng” pada matahari namun fenomena ini merupakan kebesaran Tuhan. Bagaimana Tuhan memberikan keindahan alam, khususnya langit angkasa. Subhanallah! 😀

Semoga ada banyak fenomena-fenomena yang menarik yang dapat kita nikmati selagi hidup. Aamiin!

HAVE FUN!

Lebih detail mengenai transit venus, bisa disimak disini

Venue: Kopi Jo, The Light Coffee and Tea

“Kami sudah 5 tahun dan belum memiliki tempat yang settle” begitu kata pertama yang dijawab oleh mba Olivia, pemilik Kopi Jo.

Pemilik Kopi Jo adalah sepasang suami istri yang bernama mas Jo dan mba Olivia. Kopi Jo adalah satu dari ratusan tempat ngopi dan nge-teh di Yogyakarta. Bedanya adalah kopi dan tehnya dimasak di gerabah menggunakan tungku dan arang, cangkir-cangkir yang terbuat dari seng (seperti jaman dahulu), serta belum memiliki tempat yang bisa kita datangi kapan saja, jadi kalau kita ingin menikmati Kopi Jo kita perlu update event-event yang ada di Yogyakarta, siapa tahu Kopi Jo mangkal disitu. Hehehe..

Kalau biasanya tempat ngopi memiliki banyak varian menu, Kopi Jo hanya menawarkan dua menu andalan mereka, Kopi dan Teh ala Jo. Kopi ala Jo ini beda dari yang lainnya, racikan kopinya berasal dari 3 tempat berbeda di Temanggung. Lalu untuk teh ala Jo, diambil dari India dan bila ingin membelinya paling dekat ada di Singapura. Wew! Selain itu yang khasnya adalah ditambah dengan krimer yang sudah dicairkan (bukan berbentuk bubuk). Rasa dari Kopi ala Jo ini begitu ringan, menurut saya mungkin orang yang tidak begitu suka kopi bisa menikmatinya juga. Untuk teh ala Jo rasanya memang beda dengan teh yang biasa saya minum, lebih wangi dan bila ditambah krimer juga membuat citarasa yang berbeda. Kalau kata mba Pipit, ada tambahan selain krimer di dalam teh tersebut. Karena saya ingin menikmati teh dari India tersebut, saya meminta beberapa sendok serbuk teh dan untunglah mas Jo memperbolehkannya dan gratis. Huehehe.. 😀

Pada saat saya mencicipinya di Pasar Kangen Joga 2012, harga yang dibandrol untuk sebuah teh adalah 6.5k sedangkan untuk kopinya adalah 7.5k. Cukup murah kan? 😛

Bon Appetit! 😀

Semoga saya bisa bertemu lagi dengan Kopi Jo. 😀

HAPPY DRINKING!