Trip: Pura Jagatnata, Yogyakarta


Yogyakarta kota budaya. Yogyakarta kota dengan penuh keberagaman. Yup. Disini, di Yogyakarta kita dapat melihat berbagai macam suku bangsa, etnis, dan agama. Mereka hidup berdampingan dan saling menghormati.

Di sudut kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Pura, desa Plumbon, Banguntapan, Bantul kita akan disuguhi lingkungan yang berbeda. Bukan lagi hawa Yogyakarta yang kita kenal tetapi hawa Bali yang begitu kental. Kehidupan “Kampung Bali”.

Saya ingin mengajak teman-teman untuk melihat Pura Jagatnata yang ada di Banguntapan ini. Walaupun cukup kecil dibandingkan yang biasanya saya lihat di Bali, namun Pura ini bisa menampung banyak umat hindu yang ingin bersembahyang di sini.

Menurut situs Jogjatrip.com:

Pada tahun 1975 para pemeluk Hindu Dharma di kelurahan Banguntapan mulai merintis pembangunan Pura seperti Padmasana dan gedung persembahyangan. Pada Januari 1976 , PHDI kecamatan Banguntapan mengajukan permohonan ijin penggunaan tanah kas desa seluas 720m2 untuk pura. Tanggal 25 Mei 1976 Izin Hak Guna Pakai tanah kas desa untuk pura Ps 2 Klas V luas 760m2 dari kelurahan yang dilanjutkan dengan membangun Gedung Kori dan pagar kanan kiri. Selanjutnya Februari 1982-Juni 1982 membangun candi bentar dan tembok penyengker depan. Akhirnya, Pura Banguntapan ditingkatkan statusnya menjadi Pura Pusat/ Jagatnata. (selanjutnya..)

Pura Jagatnata, Banguntapan sebenarnya dibuka untuk umum, namun untuk bagian dalam pura dikhususkan untuk bersembahyang saja.

Selama hampir 4 tahun di Yogya, saya belum sempat ke daerah ini dan melihat Pura Jagatnata. Untung saja teman saya, Savitri yang sedang berkunjung ke Yogya ingin melihat Pura di Banguntapan ini. Semoga saja Pura ini tetap dijaga baik tidak hanya umat hindu tetapi warga Yogyakarta juga. Serta tetap menjunjung tinggi Tri Hita Karana. 😀

HAVE FUN!

2 thoughts on “Trip: Pura Jagatnata, Yogyakarta

  1. Tingkatkan terus pelestarian warisan leluhur kita sebagai umat sedharma melalui bhakti ring Hyang Widi dan eling ring leluhur. dan jika satu saat nanti saya berjodoh untk tinggal di Cepit-Bantul (krn istri sy orang Cepit yg belum paham bener apa itu Agama) akan saya luangkan semaximal mungkin waktu sy untuk umat sedharma saya di Cepit khusus nya dan Bantu-Yogyakarta umumnya.(setelah pensiun)

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.