Akhir bulan September lalu saya beserta saudara saya dan kedua nenek saya berkunjung ke Palembang dalam rangka pernikahan salah satu sepupu kami. Bagi saya, ini merupakan kunjungan pertama menapakkan kaki di pulau Sumatera. Ketika mendarat di bandara Sultan Mahmud Baharuddin II saya hanya bisa “Wah”, “Wow”, “Wii”, dst melihat pemandangan di sekitar bandara. Setelah mengambil tas-tas, kami keluar dan disambut oleh tante, om dan sanak saudara. Awalnya saya bingung karena saya entah lupa atau belum pernah bertemu dengan saudara saya yang tinggal di Palembang. Dengan percaya diri saya memanggilnya “Om dan Tante” yang ternyata mereka adalah kakak-kakak a.k.a saudara sepupu. Maaf yak (-___-“)
Tempat wisata di Palembang bisa dikatakan lebih sedikit dibandingkan daerah-daerah lainnya di Sumatera ataupun di Jawa (IMO lho yaa..). Selama di Palembang saya pun hanya berwisata kuliner di sekitar kota Palembang. Itupun juga karena saya disini hanya 4 hari dan saya menginap di daerah Pusri yang pada dasarnya jauh dari mana-mana. 🙂 Jadi, postingan kali ini saya akan memberikan sharing tempat makan atau minum yang menurut saya enak dan yang saya tahu selama di Palembang. Than, let’s get started…
Hari pertama saya di Palembang, setelah diajak berziarah di Kandang Kawat saya di ajak ke Jl. Onglen, sebuah tempat makan tenda yang bernama Bakso Pakde Trisno Untung, namanya sedikit menJawa gitu ya, disini saya tidak makan baksonya tapi saya ingin menikmati minuman Es Kacang Pokat. Minuman ini berisi kacang merah, alpukat, susu coklat, es serut, dan diatasnya diberikan susu kental manis. Rasanya? Lemak Niaaan!
Malam harinya sekitar jam 9 malam, saya diajak berkeliling kota Palembang. Berlabuhlah saya di Martabak HAR di Jl. Sudirman, outlet yang pertama. HAR merupakan singkatan dari Haji Abdul Rozak, tante saya mengatakan ketika bulan puasa HAR memiliki kebiasan memberikan bubur kacang ijo dan “amplop” kepada orang yang kurang mampu, setiap hari hingga Idul Fitri tiba. Salah satu contoh entrepreneur yang rendah hati. Oke, balik lagi, Martabak HAR berbeda dengan martabak-martabak yang biasanya mangkal bareng-bareng sama terang bulan. Martabak HAR telurnya tidak dikocok tapi hanya dibuat telur mata sapi. Didalam satu tepung berisi 2 telur dan langsung ditutup lalu dipindahkan langsung ke penggorengan, setelah matang, disajikan bersama kuah kari dan kecap pedas. Harga yang bandrol pada saat saya berkunjung adalah pakai telur ayam (13k), telur bebek (15k), dan spesial (30k). Rasanya? Lemak Niaaan!
Hari kedua, pagi-pagi sekitar jam 7.30 saya diajak oleh tante untuk menikmati makanan khas Palembang lainnya. Kami menuju daerah Benteng Kuto Besak (BKB) tepatnya di pasar Kuto Jl. M. Isa. Nama tempat makannya adalah Warung Kopi Madina. Ketika duduk didalam, kita disuguhi berbagai macam jajanan pasar dan makanan khas Palembang.
Makanan pertama, saya disuguhi Celimpungan dan Laksan. Celimpungan berbentuk bulat kuning sedangkan Laksan berbentuk bulat pipih, keduanya sama sama berbahan seperti pempek, disajikan menggunakan kuah santan kuning.
Makanan kedua, saya disuguhi Burgo, berbentuk tabung yang terbuat dari tepung beras, cara pembuatannya sama seperti kwetiau, disajikan menggunakan kuah gilingan ikan.
Makanan ketiga, disuguhi Ragit atau Roti Jala (India), berbentuk segitiga-segitiga, terbuat dari tepung terigu, disajikan menggunakan kuah daging kari.
Sebenarnya tiga makanan ini sudah membuat saya benar-benar kekenyangan, namun karena merasa -kapan lagi saya kesini- maka saya berusaha memakan satu menu lagi yaitu kue srikaya. Rasa keempatnya? Lemak Niaaaan!
Ketiga tempat ini saya rekomendasikan karena memang rasanya enak dan mantap. Saya tidak memberikan perkiraan harga pada 2 tempat makan lainnya karena keduanya saya tidak sempat menanyakan harga kepada sang pedagang (selain itu juga karena ditraktir oleh tante dan om) 😛 Oiya, saya mau memberikan beberapa rekomendasi tempat untuk pembelian pempek, kerupuk dan kempang, serta pernak-pernik khas Palembang..
Tempat pertama adalah yang menjual kerupuk, kemplang, dan lempok duren. Rekomendasi saya adalah yang berada di Jl. Mayor Ruslan/ Tugu Mulyo. Nama tokonya adalah 1707 (bacanya: satu tujuh nol tujuh). Agak jauh dari pusat kota, namun rasa kerupuknya memang terasa sekali, sambal terasinya juga terasa. Harga kerupuknya per ¼ kg adalah 13.5k. Lempok durennya sebenarnya kurang manis seperti lempoknya Lampung tapi bau durennya sangat keras jadi memikat untuk dimakan. Harganya 20k.
Tempat kedua adalah yang menjual pempek. Rekomendasi saya adalah Pempek Tince. Lokasinya sama di daerah Jl. Mayor Ruslan/ Tugu Mulyo, dari toko 1707 lurus saja, dekat Masjid Tunggal Bakti. Tiap-tiap orang sebenarnya memiliki rasa yang berbeda dalam mencicip pempek, namun saya menyatakan rasa pempek Tince ini memang lebih enak dari pempek yang biasanya orang-orang bawa sebagai oleh-oleh dari Palembang. Biasanya pempek yang belum matang di balur dengan tepung sagu agar tidak basi, berbeda dengan pempek Tince, mereka hanya dibekukan dan ketika ingin di masak tinggal di kukus terlebih dahulu. Packagingnya memang lebih lama dari biasanya, tak apa, yang penting rasanya. Huahaha..
Tempat ketiga adalah yang menjual pernak-pernik atau oleh-oleh berbentuk barang yang saya tahu ada di pasar 16 Ilir Barat Permai, tepat di belakang Ramayana. Disini menjual kaos tulisan Palembang, dompet, tas, tempat pensil, kipas yang berdasar motif kain songket, dijual juga topi dan setelan baju khas Palembang, selain itu yang paling dicari adalah songket Palembang. Songket Palembang disini dijual dari yang KW setara ITC (30K), KW Super (350k-600k), hingga songket asli Palembang yang seharga jutaan rupiah.
Empat hari sebenarnya kurang karena belum sempat ke Pulau Kemaro, Pagar Alam untuk menikmati teh dan kopi asli Palembang, berfoto di Jembatan Ampera, dll.. Tak apalah, ini baru awal perjalanan ke daerah Sumatera, semoga diberikan kesempatan berkunjung lagi ke Palembang dan daerah-daerah lain di Sumatera. Aamiin!
HAVE A NICE TRIP!